Makam Mbah Tambak Boyo |
Suatu ketika di awal tugas, pak Kapolsek bilang ke saya bahwa di
Trawas ini "adem, ayem, tentrem", saya yg baru datang pun hanya bisa
mengangguk sj karena memang belum tahu kondisi Kecamatan terjauh dari
pusat pemerintahan yg dearahnya di kelilingi gunung dan bukit yg
menjulang dipadu hawa segar yg airnya selalu dingin merasuk ke tulang
bila tanpa pemanas ini.
Dinginnya air ini berbeda dengan
keramahan para kades yg terasa hangat, sambutan penuh kekeluargaan dan
kesan akrab yg tampak pada pandangan pertama sy ini seolah menunjukkan
keguyuban dan kekompakan yg sdh terjalin sejak lama
Keguyuban
Masyarakat juga terlihat ketika sedekah bumi atau ruwah dusun, mereka
bergotong royong tanpa dana dari desa/ pemerintah
Ternyata, ada
satu yg menarik perhatian sy dan ini baru sy tahu, keguyuban, kekompakan
itu bersumber dari sejarah masa lalu.. lho kok???
Ketika sy
ingin mengetahui sejarah berdirinya desa Ketapanrame , secara berantai saya
juga mengetahui sejarah desa lainnya di
wilayah Trawas sebut sj desa Kesiman, duyung, dan kedungudi
Yups,
karena Mbah Tambakboyo yg membabat alas dusun Ketapanrame ini adalah
salah satu dari tokoh yg mendapat tugas dari kesultanan Mataram
(kerajaan Islam di pulau Jawa) untuk memerangi Adipati Kanjuruhan
(berpusat di Pasuruan) yg mbalelo atas Pemerintahan kesultanan Mataram
Mbah Tambakboyo bersama 6 sahabat lainnya yaitu Mbah Ranuboyo, Mbah
Singoboyo, Mbah Seloboyo, Mbah Ngabei Ronggo Warsito, Mbah Suronggolo,
dan Mbah teki teki telik yg kesemuanya ini orang-orang sakti
Meski belum berhasil mengalahkan Adipati Kanjuruhan, ke 7 orang sahabat
itu berpencar membabat alas dan menetap di lokasi yg berdekatan, dalam
cerita singkat berikut:
Mbah Tambakboyo di lereng welirang ini
tingkat spiritual nya tinggi beliau suka bermeditasi, org dulu menyebut
bertapa, bahkan konon ketika membabat hutan pohon2 dan tumbuhan keluar
darah karena para syetan, jin dan dedemit tidak suka dengan kehadiran
Mbah Tambakboyo, maka atas kemampuan membaca zaman Mbah Tambakboyo
meramalkan daerah ini menjadi daerah pertapaan yg di kemudian hari
menjadi rame = Ketapanrame, makam beliau ada di pemakaman dusun
Ketapanrame
Mbah Ranuboyo ini yg membabat alas dusun sumbersari dan Mbah Singoboyo dusun Kesiman, merupakan cikal bakal desa kesiman
Mbah Seloboyo dan Mbah Ngabei Ronggo Warsito membabat alas dusun duyung
Mbah Suronggolo membabat alas dusun kedungudi di lereng gunung
penanggungan yg setiap ruwah desa selalu mendapat kiriman doa Masyarakat
yg merayakan dengan acara yg sangat meriah ini
Mbah teki teki telik membabat alas dusun Belik di desa belik berbatasan dengan wilayah Pasuruan sisi Utara timur
Memang sekilas saja cerita yg coba sy tampilkan disini, namun sy ingin
sampaikan sebagai "main idea" adalah Keguyuban, kekompakan yg
termanifestasi dalam kedamaian dan ketentraman itu merupakan buah dari
sejarah masa lalu yg berlangsung sampai saat ini, jadi benar adanya jika
pak Kapolsek bilang seperti itu..
Sip, mantaaab
BalasHapus