Judul diatas bukan rumus matematika lho!!
Karena itu sejatinya menjadi rumus dari eksistensi sebuah dusun yg bernama Sukorame desa Ketapanrame Kecamatan Trawas.
Karena itu sejatinya menjadi rumus dari eksistensi sebuah dusun yg bernama Sukorame desa Ketapanrame Kecamatan Trawas.
Sukorame meliputi 2 wilayah yang terintegrasi menjadi satu yaitu Tekik
dan Juwok. Kalo orang bilang tekik atau Juwok pasti itu Sukorame, tapi
bukan Sukorame kalo hanya salah satunya saja.. paham ga ya.. hmmm..
dipaham2kan aja wes hehehe..
Hanya ingin meluruskan persepsi di
masyarakat seolah nama Sukorame itu menggantikan nama Tekik, padahal
tidak!! Wajar bila sampai sekarang pun orang masih menyebut nama Tekik
di kawasan yang berada persis di sisi timur dusun Ketapanrame.
Tekik adalah nama 'penanda' (tetenger) suatu kawasan yg dikaitkan dengan
legenda cerita Lelono yg tertinggal Slupo nya (sekarang slepi) kemudian
tekik-nya (tegesan=puntung) berceceran di wilayah tekik saat ini.
Dan bisa juga karena banyak pohon tekik (jenis sengon/ terisi) yg tumbuh di sini.
Dan bisa juga karena banyak pohon tekik (jenis sengon/ terisi) yg tumbuh di sini.
Menurut masyarakat setempat Tekik ini semacam 'Boro'-nya (daerah
pinggiran) padahal kita tahu letaknya strategis di sekitar jalan utama
Trawas-Prigen.
Dan yang justru menjadi 'Krajan'-nya (pusatnya)
adalah Juwok yang posisinya malah berada masuk jauh ke dalam berdekatan
dengan dusun Jibru desa belik.
Nah, kenapa kawasan Juwok ini
disebut Krajan?? karena terkait dengan leluhur yang bedah kerawang dusun
Sukorame, beliau dikenal dengan nama Mbah Juwok yang kemudian menjadi
'tetenger' nama kawasan ini.
Barangkali ada kesamaan mitos yang
terjadi di Juwok dengan di dusun Jatijejer; jumlah penambahan
penduduknya berjalan lambat bahkan stagnan. Saat ini jumlah KK hanya 35
orang saja. Tidak ada yang tahu apa penyebabnya. Andai saya tahu pun
'maaf' tidak akan saya tulis di FB ini.. ada hal yg tidak semua harus
dituliskan ya.. hehehe..
Makam Mbah Juwok berada di area putukan
(bukit kecil) di tengah persawahan. Untuk menuju punden itu melalui
Sumber Gempong dan melewati pematang persawahan yg sangat indah boleh di
bilang Ubud kedua deh.. (lihat foto2 dibawah kalo ga percaya hehe..).
Sayangnya tidak ada jalan yg memadai menuju makam Mbah Juwok dan
terlihat jelas bila makam leluhur ini tidak terawat dengan baik,
ironisnya lagi makam itu hanya tinggal separuh karena terkena longsor
hiks.. mana nih orang-orang Sukorame??? kita selamatkan peninggalan leluhur ini!!!
Terdapat arca-arca kecil yg sdh tidak utuh lagi di makam Mbah Juwok.
Dah
ulu ditempat ini banyak arca, konon ada yang bilang; ada arca berupa
patung kuda namun sekarang entah kemana?? Sampai sekarang pun masih ada
watu lumpang yg masih tersisa.
Melihat kondisi fisik di sekitar
makam dan keyakinan masyarakat, Mbah Juwok ini hidup di era akhir
Majapahit, peradaban Islam sudah mulai ada dan menyebar. Nah kok ada
banyak arca di tempat ini?? Itu bisa jadi karena sebelumnya tempat ini
adalah semacam punden yg dikeramatkan oleh masyarakat sekitar.
Nama Sukorame ini mulai di populerkan Mbah Lurah Ibrohim sekitar tahun
1924-1926 di jaman Belanda atas petunjuk dari Kanjeng Jombang yg konon
kabarnya di dasarkan pada kondisi masyarakat yg suka bikin rame atas
masalah sekecil apapun. Mungkin ini disampaikan dengan guyonan
sebenarnya tapi karena ndoro Kanjeng yg bilang maka sama halnya menjadi
titah/ perintah!!, istilah lainnya "Idu geni" (bhs Jawa) artinya apapun
yg di ucapkan bakal terwujud.
Mbah Ibrohim yang menjadi Lurah
Desa Katapanrame ini melihat nama "Sukorame" menjadi nama dusun ini dari
perspektif positif, yang pertama dari nama akhiran 'rame'-nya sama
dengan nama desa dan yg lebih prinsip adalah doa dan harapan agar dusun
Sukorame ini akan di sukai karena keramaiannya mendatangkan para
pengunjung menikmati keindahan pesona alam nya yang amazing.
Dan saat ini sudah mulai terasa keramaiannya bahkan wisatawan mancanegara pun mulai berdatangan.
By. Iwan Abdillah (Camat Trawas)
By. Iwan Abdillah (Camat Trawas)
0 komentar:
Posting Komentar