Lokasi Geografis dan Lingkungan Alam
Desa Ketapanrame terletak
di Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto, Desa Ketapanrame terdiri dari 3 Dusun
yaitu Dusun Ketapanrame, Dusun Sukorame, Dusun Slepi yang jarak dari ketiganya
tidaklah jauh, dan pusat pemerintahannya terdapat di Desa ketapanrame, keadaan
tanah di desa ketapanrame sangat subur dan sangat cocok ditanami sayur-sayuran,
buah-buahan dan segala jenis tumbuhan lainya
karena desa ketapanrame terletak di daerah pegunungan, luas wialayah
desa ketapanrame 345.460 Ha, dengan batas desa sebagai berikut:
Selatan:
Hutan/KPH Pasuruan
Barat
: Desa Trawas
Timur
: Kabupaten Pasuruan
Desa Ketapanrame secara geografis terletak di
ketinggian 700 - 1200m dari permukaan air laut dan di bawah lereng gunung
welirang, tingkat kemiringan desa ketapanrame 35 ° derajat. Curah hujan di desa ketapanrame 2.708 dan suhu
udara rata-rata 18 - 21°C. Desa ketapanrame terletak diantara dua pegunungan
yaitu gunung penanggungan dan welirang, di desa
ketapanrame mempunyai kekayaan alam dan budaya yang orisinil dan terjaga..
Beberapa tempat wisata di desa ketapanrame adalah wana wisata air terjun
Dlundung yang berada paling ujung desa ketapanrame dan memasuki areal lahan
perhutani, di setiap hari libur akan sangat ramai sekali dengan pengunjung dari
luar kota dan lokal.
Desa ketapanrame adalah desa dengan segudang prestasi dalam
pemerintahan denga beberapa kali memenangkan lomba desa baik tingkat kabupaten
sampai tingkat nasional, desa ketapanrame mempunyai sebuah badan usaha yang
buat oleh pemerintah desa Ketapanrame (BUMDES) BPAM yang dalam hal ini di
bidang pengelolaan air minum untuk masyarakat lokal, pervillaan dan juga hotel,
BPAM Desa Ketapanrame saat ini Berpenghasilan kotor 400juta perbulan yang di
anggarkan untuk perbaikan dan penambahan infrastruktur perusahaan dan
pengembangannya, selabihnya digunakan untuk kesejahteraan sosial masyarakat
Desa Ketapanrame, banyak manfaat yang bisa di ambil dari Bumdes Desa
Ketapanrame selain penunjang Desa secara finansial diantaranya menciptakan
lapangan kerja baru dan pembinaan generasi muda. Tidak kalah dengan prestasi
desanya Bumdes Ketapanrame juga sering mendapat penghargaan dan sebagai tolak
ukur dalam sistem pengelolaan Bumdes yang notabene memanfaatkan sumber daya air
sebagai bahan jual. Hampir dari seluruh desa yg berada di indonesia berkunjung
untuk studi banding dalam hal ini.
Sejarah singkat desa ketapanrame dikisahkan bahwa semenjak masih banyak kerajaan di Jawa
Timur, di desa ketapanrame merupakan suatu wilayah tempat bertapa yang sangat
ramai dikunjungi oleh para pertapa. Pertapa menyukai daerah ini karena terletak
di lereng Gunung Welirang yang berhawa sejuk, dengan suasana gemercik air yang
mengalir dari pegunungan. Dan pada saat itu, secara kepercayaan, gunung
dianggap tempat yang baik untuk pemujaan. Bermula dari kondisi daerah seperti
itu pada zaman dulu, maka dinamakanlah desa tersebut Desa Ketapanrame. Ketapanrame berasal dari kata pertapaan dan kata
ramai.
Demografi
Jumlah dan Komposisi Penduduk
Berikut jumlah dan komposisi penduduk
Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawsa, Kabupaten Mojokerto
Jumlah Penduduk 5.001 Orang (pada tahun 2013/2014)
Jumlah Penduduk dalam bentuk tabel
a. Jumlah penduduk menurut Jenis Kelamin
Laki-laki
|
Perempuan
|
2.511
Orang
|
2.490Orang
|
b. Jumlah penduduk menurut Umur
Umur
|
Jumlah
|
00 - 06 Tahun
|
512 Orang
|
07 - 18 Tahun
|
885 Orang
|
19 -50 Tahun keatas
|
4.024 Orang
|
c. Jumlah penduduk menurut Agama
Agama
|
Jumlah
|
Islam
|
4.908
|
Kristen
|
4
|
Katholik
|
34
|
Hindu
|
6
|
Budha
|
-
|
d. Jumlah penduduk menurut tingkat Pendidikan
Lulusan pendidikan Umum
|
Jumlah
|
TK
|
176
|
SD/MI
|
1398
|
SMP/MTs
|
1094
|
SMA/MA
|
990
|
D I -D3
|
28
|
SARJANA
S1-S3
|
105
|
Karyawan
|
|
Pegawai Negeri Sipil
|
32
|
ABRI
|
2
|
Swasta
|
947
|
Wiraswasta/Pedagang
|
415
|
Tani
|
785
|
Pertukangan
|
188
|
Pensiunan
|
24
|
Jasa
|
2
|
Jumlah
penduduk menurut Mobilitas/Mutasi penduduk
Lahir
|
|
Laki-laki
|
31
|
Perempuan
|
21
|
Jumlah
52
|
|
Mati
|
|
Laki-laki
|
5
|
Perempuan
|
5
|
Jumlah
10
|
|
Datang
|
|
Laki-laki
|
17
|
Perempuan
|
12
|
Jumlah
29
|
|
Pindah
|
|
Laki-laki
|
4
|
Perempuan
|
12
|
Jumlah
29
|
Jumlah Kepala Keluarga 1.516 KK
Sosial-Ekonomi
Pemanfaatan tanah
Sawah
Sawah atau ladang pertanian dimanfaatkan
untuk mananam bahan pangan misalnya padi dan palawijaya seperti
padi,jagung,ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kedelai. Sayur-sayuran
seperti kubis, kentang,sawi,tomat dll. Buah-buahan yang sering ditanami adalah
pisang,pepaya,mangga,rambutan,alpukat, salak dll.
Tegalan
Tanah tegalan berbeda dengan sawah tanah
tegalan adalah lahan kering yang
ditanami dengan tanaman musiman atau tahunan Tegalan
sangat tergantung pada turunnya air hujan dan tidak menggunakan sistem irigasi.
Tagalan dimanfaatkan untuk menanam tanaman musiman atau tahunan Singkong,
ketela pohon, dan jenis kacang-kacangan untuk sayur.
Pekarangan
Pekarangan dimanfaatkan sebagai usaha
penanaman sawi, bayam, buah-buahan dan hasilnya nanti dijual dan mendapatkan
keuntungan. Selain itu juga Sebagai
tempat tanaman hias; dapat dipakai untuk keperluan adat atau upacara
seperti penganten, kematian, sesajen, dan lain-lain. Biasanya diutamakan
tanaman hias dengan bunga yang wangi seperti kuntil, melati, mawar, kenanga,
kamboja, dan sejenisnya yang merupakan bunga-bungaan tradisional.
Makam
Manfaat Makam selain untuk tempat pemakaman
juga diman faatkan untuk ditanami bunga-bunga di sekitar area makam tuajuanya
agar para peziarah mudah menemukan bunga-bunga untuk menyekar dan tidah harus
membeli jika dalam keadaan mendadak, selain tempat pemekaman islam juga ada
tempat pemakaman orang beragama kristen yang letaknya tidak jauh dari makam
islam.
Organisasi sosial
Organisasi
yang ada di Desa Ketapanrame ini banyak sekali macamnya. Dalam menjaga rasa kebersamaan dan
kekeluargaan, dibentuk organisasi-organisasi seperti Karang Taruna untuk para
pemuda sebagai generasi penerus dan Remas bagi para remaja yang aktif dalam
kegiatan kerohanian Islam. Selain ada
organisasi untuk para remaja, juga ada organisasi untuk para penduduk bahkan ada
pula organisasi untuk para ibu.
- Organisasi untuk remaja diantaranya :
- Karang taruna
- Remas ( Remaja Masjid)
- IPNU-IPPNU
- Organisasi untuk penduduk Desa diantaranya :
- LPM ( Lembaga Pemberdayaan Masyarakat)
- LKM ( Lembaga Keswadayaan Masyarakat)
- PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga)
Sistem ekonomi
atau kegiatan ekonomi yang akan dibahas pada
penelitian Etnografi ini lebih mengacu pada sistem mata pencaharian hidup.
Sistem mata pencaharian hidup merupakan segala usaha yang dilakukan oleh setiap
warga demi memenuhi kebutuhan hidup seperti untuk mendapatkan barang dan jasa.
Tidak satupun warga desa ini bahkan masyarakat di Negara ini , baik prasejarah
maupun modern, yang tidak memiliki sistem mata pencaharian hidup. Namun
demikian, masing-masing generasi memiliki cara atau metode sendiri-sendiri saat
melakukan kegiatan ekonomi tersebut. Masyarakat disini pada umumnya bekerja
sebagai wiraswasta, PNS, petani, swasta, dan kuli bangunan.Hampir semua warga
desa berwiraswasta/pedagang kurang lebih 415 orang sedangkan petani 785 orang
pertukangan 188 orang.
STRUKTUR
BPD
M. TAUFIQ, S.Pd.I
HARYONO
H. HALIM FATHONI, S.Pd.I, M.Pd.I
|
KEPALA DESA
H. ZAINUL ARIFIN. SE
SEKERTARIS DESA
DARMAJI
KAUR PEMERINTAHAN
TITK
KAUR PEMBANGUNAN
KUNARIP
KAUR KEUANGAN
WARSINAH.
KAUR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
ANDIK MARTONO
KAUR UMUM
H. RADJIMAN, S.Pd.I
KADUS KETAPANRAME
KUNARIP
KADUS SELPI
KARTINI
KADUS SUKORAME
SEKAMAT
|
ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA KETAPANRAME KECAMATAN
TRAWAS KABUPATEN MOJOKERTO
Transportasi
Sarana dan prasarana fisik
Prasarana desa ketapanrame sudah mencukupi dan memiliki fasilitas yang
baik, prasarana komunikasi dan informasi didesa ketapan rame terdapat wartel
sejumlah 8 unit dan warnet 2 unit dan
jumlah pelanggan GSM 800 Orang.
Prasarana air bersih dan sanitasi di desa ketapanrame terdapat sumber
mata air yang berasal dari gunung welirang jumlah mata air ada 6 unit dan
jumlah pengelolahan air bersih/minum ada 6 unit .
Prasarana peribadatan di desa
ketapanrame ada 3 buah masjid yang pertama terletak di dusun ketapanrame yang
kedua terletak di dusun selpi dan yang ke tiga terletak di dusun sukorame, dan
jumlah mushollah 29 buah
Prasarana dan sarana kesehatan jumlah puskesmas pembantu 1 unit apotik 1
unit dan pos yandu 3 unit toko obat 2 unit
Prasarana dan sarana pendidikan jumlah gedung SMA 1 buah gedung SMP 2
buah dan SD 3 buah gedung TK 3 buah
Prasarana dan sarana kebersihan tempat pembuangan akhir 1 lokasi jumlah
gerobak sampah 3 unit jumlah tong sampah 565 unit jumlah truk pengangkut sampah
1 unit
Kondisi Jalan di desa ketapanrame seluruhnya menggunakan aspal dan
sebagian menggunakan pafing
Jumlah dan jenis kendaraan
Truck Umum
14unit
Angkutan
Per-Desa/kelurahan 23 unit
Jumlah Ojek 300
TV dan Radio hampir di setiap rumah terdapat 1 buah TV masyarakat
sekarang TV adalah suatu benda yang penting untuk mendapatkan informasi dari
berbagai daerah dan sebagai bahan
edukasi, radio sekarang mulai jarang digunakan kebanyakan menggunakan hp yang
ada aplikasi radionya, jadi tidak perlu membeli radio hanya cukup dari hp saja
Sistem Religi
Mayoritas
penduduk desa ketapanrame beragama Islam berikut jumlah penduduk dan komposisi
agama :
Agama
|
Jumlah
|
Islam
|
4.908
|
Kristen
|
4
|
Katholik
|
34
|
Hindu
|
6
|
Budha
|
-
|
Hari-hari besar agama:
1.
Nuzulul Qur’an
yang diperingati pada setiap tanggal 17
Ramadhan, merupakan hari peringatan diturunkannya dan disampaikannya
firman-firman Allah kepada Nabi Muhammad saw dengan perantaraan malaikat
Zibril. Firman-firman Allah ini kemudian dihimpun menjadi kitab suci Al-Qur’an
yang berisikan kalam ilahi. Peristiwa di sampaikannya firman-firman Allah ini
disebut pula “malam lailatul qadar”.
2.
Hari Raya Idul Fitri
disebut pula hari raya lebaran yang diperingati pada tanggal 1 syawal. Hari
raya lebaran adalah hari bersyukur dan hari kegembiraan setelah kaum muslim
menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh pada bulan ramadhan, berpuasa
adalah latihan agar manusia jadi mulia hatinya dan tinggi budinya. Selesai
berpuasa pada tanggal 1 syawal orang kembali menjadi fitrah, kembali suci dan
bersih, saling bermaafan. Pada pagi hari tanggal 1 syawal kaum muslimin
melakukan sholat ied secara berjamaah bersama di masjid atau tanah lapang.
3.
Hari Raya Idul Adha
yang disebut pula Idul Qurban diperingati pada
tanggal 10 zulhijjah (bulan 12 hijriyah) bahkan sering disebut lebaran haji.
Pada hari ini orang islam mulai mengerjakan ibadah haji di Mekkah, disamping
itu dimana-mana di seluruh dunia orang Islam mengerjakan sholat hari Raya
Iedul Fitri. Zakat fitrah dig anti dengan ibadah qurban dengan menyembelih
hewan ternak untuk dibagikan kepada orang-orang fakir miskin. Ibadah haji
menggambarkan bahwa hanya dengan menempuh penderitaan dan pengorbanan, orang
akan sampai kepada cita-cita yang luhur dan mulia.
4.
Hari peringatan 1 Muharram atau 1 Asyura
adalah merupakan hari
pergantian tahun atau tahun baru tarikh hijriyah.
5.
Hari peringatan Maulid Nabi
yang diperingati pada
tanggal 12 Rabi’ul awal, yaitu merupakan hari peringatan kelahiran Nabi
Muhammad sekaligus tanggal tersebut adalah hari peringatan peristiwa Hijrah
Nabi dari Mekkah ke Madinah serta peringatan wafatnya Nabi Muhammad saw.
6.
Hari peringatan Isra dan Mi’raj
diperingati
setiap tanggal 27 Rajab (bulan ke 7), peristiwa Isra adalah peristiwa
perjalanan Nabi Muhammad dan Masjidil Haram (Masjid suci) di Mekkah ke Masjidil
Aqso di Yerussalem. Peristiwa Mi’raj adalah kenaikan Nabi Muhammad dari
Masjidil Aqso menuju ke sidratul muntaha untuk menerima tugas. Kedua peristiwa
ini berlangsung dalam satu malam, perjalanan arti dan hikmah dari peringatan
Isra dan Mi’raj adalah : ‘diterimanya perintah sholat lima waktu dalam sehari
semalam, yaitu Isya, Subuh, zuhur/lohor, Ashar dan Maghrib, kesemuanya ini
adalah tauhid karena kekuasaan Allah swt semata.
Jenis-jenis Upacara Tradisional:
Megengan
Tradisi religi yang dilakukan setelah kupatan adalah megengan. Megengan masih
dilakukan pada bulan Syaban tepatnya sepuluh hari sebelum bulan Ramadan (dalam
kalender Islam). Tujuan dari pelaksanaan Megengan
adalah sebagai peringatan akan datangnya bulan Ramadan dan menambah tali
persatuan atau (ukhwah islamiyah)
dalam lingkungan desa.
Prosesi tradisi megengan
diawali dengan setiap lingkungan membuat kelompok yang terdiri atas empat
sampai lima rumah tergantung kesepakatan, tiap kelompok yang telah disepakati
memilih hari untuk pelaksanaan megengan
dan tiap kelompok tidak boleh memilih hari yang sama, kemudian setiap rumah
yang memiliki tugas untuk melaksanakan tradisi megengan membuat berkat
(makanan yang diletakkan pada wadah kemudian dibungkus plastik) sejumlah warga
yang akan diundang. Berkat berisi
nasi, lauk pauk, sayuran, buah, dan jajanan tradisional ataupun modern.
Kebiasakan warga disini adalah memberikan satu rokok pada bungkus berkat yang
ditali pada ujung plastik kresek. Setelah persiapan selesai, dimulailah acara megengan yang dilakukan setelah sholat
maghrib dirumah salah satu warga yang menyelenggarakan acara dan dihadiri oleh
laki-laki perwakilan tiap rumah dalam satu lingkungan. Megengan dipimpin oleh kyai yang membacakan doa dan beberapa patah
kata kemudian setiap warga yang telah hadir mendapatkan satu berkat untuk dibawa pulang sebagai
penutup dari tradisi megengan.
Maleman
Rangkaian tradisi setelah megengan adalah maleman. Maleman merupakan tradisi religi yang
dilakukan pada malam lailatul qadar,
tepatnya pada sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadan. Tradisi maleman hanya
boleh dilakukan pada malam ganjil di sepuluh terakhir bulan Ramadan yang
bertujuan agar mendapatkan lailatul qadar.
Lailatul qadar dalam Islam dikenal
sebagai malam dimana kemuliaannya bagaikan malam seribu bulan yang hanya sehari
dalam bulan Ramadan tetapi hanya Allah yang mengetahui kapan malam lailatul qadar itu.
Prosesi maleman hampir
sama dengan megengan bedanya adalah maleman dilaksanakan pada sore hari
tepatnya pukul 17.00 WIB karena pelaksanaan maleman
bertepatan dengan bulan puasa (Ramadan).
Ziarah Kubur (Nyekar)
Nyekar dilakukan masyarakat Desa Ketapanrame satu bulan sekali setiap jumat
legi, hal ini merupakan kebiasaan turun-temurun yang selalu dijalankan oleh
warga. Nyekar juga dilakukan pada
hari hari sebelum puasa dan menjelang lebaran, biasanya dilakukan bertepatan
dengan hari pelaksanaan megengan atau
maleman. Tradisi ini khusus dilakukan
oleh kaum laki-laki karena perempuan dianggap tabuh melakukan tradisi ini.
Prosesi nyekar adalah dengan membawa
peralatan yang digunakan untuk membersikan kuburan seperti cangkul, sabit, dan
yang lainnya, kemudian membersihkan makam (kuburan) sanak keluarga dan yang
terakhir adalah mendoakan si ahli kubur. Tradisi nyekar dilakukan dengan tujuan untuk mendoakan orang yang sudah
meninggal agar senantiasa mendapatkan ampunan dari Yang Maha Kuasa.
Lebaran Kupatan
Lebaran kupatan merupakan tradisi kupatan yang dilakukan enam hari setelah
hari raya Idul Fitri (hari raya umat Islam) tepatnya pada tanggal delapan
Syawal (bulan dalam Islam). Tradisi lebaran kupatan
yang dilakukan oleh masyarakat Desa Ketapanrame dilaksanakan setelah sholat Maghrib
(pukul 18:00) di Mushola setempat dan dihadiri oleh warga sekitar mulai
anak-anak sampai orang lanjut usia. Prosesi lebaran kupatan sama dengan prosesi kupatan
pada bulan Syaban yang membedakan keduanya adalah waktu pelaksanaannya. Tujuan
dari tradisi lebaran kupatan adalah
untuk merayakan hari raya setelah berpuasa sunah selama enam hari setelah
merayakan Idul Fitri 1 Syawal.
Slametan
Tradisi
religi yang tidak pernah ditinggalkan dan masih dianut oleh seluruh masyarakat
Desa Ketapanrame adalah slametan.
Dalam pengertian masyarakat setempat slametan
terdiri atas berbagai macam jenis yang meliputi tironan (memperingati hari kelahiran), sunatan anak (khitanan), nikahan
(merayakan pernikahan), tasyakuran (mendapatkan rezeki), dan boyongan (menempati rumah baru).
Prosesi slametan diawali dengan pembuatan berkat oleh pemilik hajat (orang yang
memiliki kepentingan). Berkat yang
disajikan berbeda-beda kadarnya tergantung dari jenis slametan yang dilakukan. Biasanya nasi di dalam berkat tidak hanya nasi putih tetapi
juga ada yang menyajikan dengan nasi uduk
(sebutan untuk nasi kuning) tergantung dari yang memiliki hajat.
Pelaksanaan slametan biasa dilakukan setelah sholat
maghrib atau setelah sholat isya (pukul 07.00) di rumah pemilik hajat. Prosesi
pelaksanaan slametan hampir sama
dengan megengan dan maleman hanya saja setelah selesai
pembacaan doa pemilik hajat menyediakan makanan untuk undangan yang telah
hadir. Sebelum pelaksanaan slametan
terlebih dulu pemilik hajat mengutus seseorang yang diberi tugas untuk
menghampiri rumah tiap warga untuk mengundang perwakilan pihak laki-laki dari
setiap rumah untuk menghandiri slametan.
Apabila kapasitas undangan banyak maka undangan yang digunakan dalam bentuk
kertas undangan yang telah dicetak sehingga lebih mudah dalam pemberiannya
kepada masyarakat.
Tahlilan
Adat turun
temurun yang masih dijalankan oleh sebagian masyarakat di desa ini adalah tahlilan. Tahlilan merupakan peringatan terhadap orang yang sudah meninggal
dengan bentuk doa bersama. Tahlilan meliputi
beberapa jenis yaitu tiga sampai tujuh hari wafatnya, 40 hari wafatnya, nyatus (tahlilan 100 hari wafatnya), dan nyewu (tahlilan 1000 hari
wafatnya). Tradisi turun temurun ini dilaksanakan setelah isya di rumah warga
yang melaksanakan tahlilan dengan
tujuan untuk mendoakan orang yang meninggal agar mendapatkan ampunan dan
mendoakan orang yang ditinggalkan agar mendapatkan ketabahan dan keselamatan.
Prosesi tahlilan diawali dengan
membaca mauidah khasanah (ceramah)
yang dipimpin oleh kyai atau pemuka masyarakat, pembacaan yasin bersama,
pembacaan tahlil bersama, pembacaan doa, kemudian diakhiri dengan saling
bersalaman sebelum pulang ke rumah masing-masing.
Mithoni (tingkepan)
Dalam
kehidupan masyarakat, saat memasuki masa kehamilan diadakan mithoni (perayaan tujuh bulanan) yang diadakan dirumah ibu hamil
yang bersangkutan. Tujuan mereka menjalankan tingkepan adalah agar si jabang bayi (calon anak) diberi
keselamatan, kesehatan tanpa kekurangan apapun serta agar di ibu diberi
kelancaran dalam prosesi kelahiran bayi nantinya. Mithoni merupakan prosesi satu-satunya selama kehamilan karena
dilaksanakan untuk anak pertama. Adapun upacaranya berupa pengajian dan slametan.
Ciri khas
dari mithoni ini adalah pada rujak
yang dimasak untuk perayaan. Masyarakat percaya apabila rasa rujak yang telah
dimasak pedas maka si anak adalah laki-laki dan apabila rujak terasa gurih
(manis) maka si anak nantinya adalah perempuan. Selain rujak ada juga pasung
yang merupakan jajanan yang terbuat dari tepung beras kemudian dibungkus dengan
daun nangka. Kedua ciri khas ini tidak terdapat pada tradisi lainnya karena
hanya dapat ditemukan pada tradisi tingkepan.
Pengajian
Rutin
Pengajian
rutin merupakan serangkaian tradisi religi agama Islam yang menjadi budaya bagi
masyarakat Desa Ketapanrame. Pengajian rutin diadakan oleh remaja masjid (biasa
dikenal masyarakat dengan sebutan Remaja Masjid Baitul muttaqin) yang dipimpin
oleh ustad atau penanggung jawab dari remaja masjid. Pengajian ini dilaksanakan
setiap ada peringatan Hari Besar Agama Seperti Maulid Nabi pelaksanaannya
berada di Masjid. Tujuan diadakannya pengajian rutin di wilayah ini adalah
untuk meningkatkan ketaqwaan masyarakat desa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kesenian dan Hiburan
Kesenian yang masih ada
di desa ketapanrame adalah kesenian Al banjari dan Kesenian bantengan, dan
pencak silat
kesenian Al banjari
kesenian Al banjari ini
biasanya ditampilkan setiap satu minggu sekali setiap hari sabtu di serambi
masjid kesenian Albanjari ini di adakan untuk memper erat tali silaturrahim
antar remaja masjid dan untuk mengisi waktu malam minggu yang lebih bermakna
dan bermanfaat Albanjari juga menunjukkan rasa cinta kepada Allah dan
Rasullullah, selain tampil satu minggu sekali juga diadakan lomba Al banjari
antar remaja masjid tujuanya adalah untuk memperkembangkan kesenian Albanjari
agar tetap ada dan selalu di sukai dan digemari
Kesenian Bantengan
Seni Tradisional Bantengan,
adalah sebuah seni pertunjukan budaya tradisi
yang menggabungkan unsur sendra tari, olah kanuragan, musik, dan
syair/mantra yang sangat kental dengan nuansa magis.
Pelaku Bantengan yakin bahwa permainannya akan semakin
menarik apabila telah masuk tahap “trans” yaitu tahapan
pemain pemegang kepala Bantengan menjadi kesurupan
arwah leluhur Banteng (Dhanyangan).
Seni Bantengan yang
telah lahir sejak jaman kerajaan jaman Mpu
Sindok (situs candi Jago – Tumpang)
sangat erat kaitannya dengan Pencak Silat. Karena gerakan tari yang
dimainkan mengadopsi dari gerakan Kembangan
Pencak Silat. Tidak aneh memang, sebab pada
awalnya Seni Bantengan adalah unsur hiburan
bagi setiap pemain Pencak Silat setiap
kali selesai
melakukan latihan rutin.Setiap grup Bantengan minimal mempunyai 2 Bantengan seperti halnya satu pasangan yaitu Bantengan jantan dan betina.
Permainan kesenian bantengan dimainkan oleh 2 orang yang berperan sebagai kaki depan sekaligus pemegang kepala bantengan dan pengontrol tari bantengan serta kaki belakang yang juga berperan sebagai ekor bantengan. Ornamen yang ada pada
Bantengan yaitu :
1. Tanduk (banteng, kerbau, sapi, dll)
2. Kepala banteng yang terbuat dari kayu ( waru, dadap, miri, nangka, loh, kembang, dll)
3. Mahkota Bantengan, berupa sulur wayangan dari bahan kulit atau kertas
4. Klontong (alat bunyi di leher)
5. Keranjang penjalin, sebagai badan (pada daerah tertentu hanya menggunakan kain hitam sebagai badan penyambung kepala dan kaki belakang)
6. Gongseng kaki
7. Keluhan (tali kendali)
Dalam setiap pertunjukannya (disebut “gebyak”), Bantengan didukung beberapa perangkat. Yaitu :
1. 2 orang Pendekar pengendali kepala bantengan (menggunakan tali tampar)
2. Pemain Jidor, gamelan, pengerawit, dan sinden. Minimal 1 (satu) orang pada setiap posisi
3. Sesepuh, orang yang dituakan. Mempunyai kelebihan dalam hal memanggil leluhur Banteng (Dhanyangan) dan mengembalikannya ke tempat asal
4. Pamong dan pendekar pemimpin yang memegang kendali kelompok dengan membawa kendali yaitu Pecut (Cemeti/Cambuk)
5. Minimal ada 2 Macanan dan 1 Monyetan sebagai peran pengganggu bantengan.
6. Berbagai macam alat dan kelengkapan yang diperlukan (Umbul-umbul, bendera,dll)
melakukan latihan rutin.Setiap grup Bantengan minimal mempunyai 2 Bantengan seperti halnya satu pasangan yaitu Bantengan jantan dan betina.
Permainan kesenian bantengan dimainkan oleh 2 orang yang berperan sebagai kaki depan sekaligus pemegang kepala bantengan dan pengontrol tari bantengan serta kaki belakang yang juga berperan sebagai ekor bantengan. Ornamen yang ada pada
Bantengan yaitu :
1. Tanduk (banteng, kerbau, sapi, dll)
2. Kepala banteng yang terbuat dari kayu ( waru, dadap, miri, nangka, loh, kembang, dll)
3. Mahkota Bantengan, berupa sulur wayangan dari bahan kulit atau kertas
4. Klontong (alat bunyi di leher)
5. Keranjang penjalin, sebagai badan (pada daerah tertentu hanya menggunakan kain hitam sebagai badan penyambung kepala dan kaki belakang)
6. Gongseng kaki
7. Keluhan (tali kendali)
Dalam setiap pertunjukannya (disebut “gebyak”), Bantengan didukung beberapa perangkat. Yaitu :
1. 2 orang Pendekar pengendali kepala bantengan (menggunakan tali tampar)
2. Pemain Jidor, gamelan, pengerawit, dan sinden. Minimal 1 (satu) orang pada setiap posisi
3. Sesepuh, orang yang dituakan. Mempunyai kelebihan dalam hal memanggil leluhur Banteng (Dhanyangan) dan mengembalikannya ke tempat asal
4. Pamong dan pendekar pemimpin yang memegang kendali kelompok dengan membawa kendali yaitu Pecut (Cemeti/Cambuk)
5. Minimal ada 2 Macanan dan 1 Monyetan sebagai peran pengganggu bantengan.
6. Berbagai macam alat dan kelengkapan yang diperlukan (Umbul-umbul, bendera,dll)
Jadi,
dalam setiap grup yang mempunyai minimal 2 Bantengan, jumlah personil yang
terlibat adalah 20 orang.
Jumlah
sanggar/tempat latihan Kesenian Albanjari satu tempat yaitu di masjid dan
Kesenian bantengan dan pencaksilat juga
ada satu tempat untuk latihan yaitu di rumah pemilik kesenian, pengurus
kesenian Albanjari adalah Mustofa Spdi ketua remaja masjid, dan pemilik
kesenisn bantengan dan pencak silat adalah Naryo seorang seniman yang
mendirikan kesenian bantengan dan pencak silat di desa ketapanrame.
Pemanfaatan
kesenian bagi warga sekitar adalah ketika ada suatu acara pernikahan atau
khitanan kesenian banjari sering di undang untuk menghibur para undangan yang
datang dengan bacaan lagu sholawat Albanjari, bantengan juga sama ketika ada
acara pernikahan dan khitanan juga sering di pakai untuk menghibur para
undangan dan pengantin juga yang ber khitan,bantengan juga diadaka ketika ada
acara festival se kecamatan dan di adakan lomba antar kelompok seni bantengan.
Sistem
Mata Pencaharian
Sistem mata pencaharian hidup merupakan segala
usaha yang dilakukan oleh setiap warga demi memenuhi kebutuhan hidup seperti
untuk mendaparkan barang dan jasa. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, mereka
bekerja sebagai petani, berwiraswasta, buruh pabrik dan ada juga yang bekerja
sebagai kuli bangunan. Meskipun berbeda, kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
masyarakat tersebut berkisar pada aktivitas menghasilkan barang dan jasa
(produksi), serta pemakaian atau pemanfaatan atas barang dan jasa tersebut
(konsumsi). Pada sektor-sektor jasa, juga banyak sekali, seperti penjual bakso,
penjual makanan-makanan , hingga tukang tambal ban. Semua pekejaan itu sangat
membantu sekali bagi masyarakat, selain juga mereka terpenuhi atas jasa yang
telah di terima. Ini seperti halnya simbiosis mutualisme yang saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Bahasa
dan dialek
Di Desa ketapanrame ini penduduknya
menggunakan bahasa Jawa pada kehidupan sehari–hari. Bahasa Jawa yang digunakan
dibedakan menurut lawan bicara yang dihadapi, misalnya untuk berbicara dengan
orang atau teman sebaya menggunakan bahasa Jawa ngoko, sedangkan untuk
berbicara dengan orang yang lebih tua dipergunakan bahasa Jawa kromo atau
bahasa Jawa yang lebih halus tingkatannya daripada bahasa Jawa ngoko.
Selain bahasa Jawa, terkadang penduduknya
juga menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia biasanya digunakan dalam
acara yang bersifat resmi atau berada dalam suatu lembaga yang resmi, seperti
ketika berbicara dengan guru dalam kelas.
Ilmu Pengetahuan
Penduduk di Desa Ketapanrame ini memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja keras. Tapi di tengah kesibukannya, mereka tidak melupakan lingkungan tempat tinggalnya. Mereka berusaha menjaga kebersihan dengan kerja bakti dan menjaga keamanan dengan ronda malam. Masyarakat di desa ketapanrame hampir setiap rumah menggunakan kompor Gas LPG untuk memasak dan setiap orang sudah memegang hp sendiri bahkan sampai anak-anak kecil sudah bisa mengoperasikan handphone, Untuk mengetahui keadaan dan ramalan cuaca mereka cukup melihatnya dari media elektronik seperti Televisi. Apabila sedang sakit, mereka menggunakan obat- obatan yang banyak dijual di toko atau di apotek. Tapi masih ada juga warga yang mengenal obat dari tumbuh–tumbuhan seperti daun jarak untuk perut kembung, daun jambu biji untuk diare, jahe untuk menghangatkan badan dan banyak lagi yang lainnya. Namun ada beberapa kelompok masyarakat yang masi mempercayai dukun sebagai orang yang dapat menyembuhkan penyakit mereka. Dalam masyarakat perkotaan seperti ini sebenarnya sudah tabu jika masih percaya akan pengobatan pada dukun seperti itu. Akan tetapi itu lah yang masih terjadi di lingkup kecil masyarkat simolawang ini. Mereka tidak menyadari jika berobat pada dukun atau yang mereka sebut dengan”orang pintar” itu tidak dapat di terima oleh akal sehat. Itu tentu saja karena pada saat mereka sakit dan berobat pada dukun tersebut, maka akan selalu di kait-kaitkan dan di hubung-hubungkan dengan hal-hal yang berbau mistis. Padahal dalam agama pun dilarang untuk peri ke orang-orang pintar atau dukun seperti itu. Tapi ini seakan sudah menjadi budaya yang tidak bisa mereka hilangkan.
Saya Bangga menjadi warga desa ketapanrame
BalasHapus