Dusun yang berada di ketinggian 800 Mdpl di lereng gunung Welirang ini paling tinggi dibanding dusun2 lainnya di Kecamatan Trawas.
Keindahan alamnya jangan di tanya, potensi pariwisatanya keren, sebut saja air terjun Dlundung berada di dusun ini. Itu belum potensi lainnya semisal perkebunan ashitaba yg tertata dengan apik bahkan kita bisa menyaksikan sunrise dan sunset dari tempat ini. Woooowww...
Ketapanrame memang amazing, dusun ini berkembang pesat namun tetap melestarikan nilai-nilai
tradisi. Wajah Ketapanrame telah berubah menjadi wajah kota, tingkat kepadatan penduduknya terbilang tinggi. Wajar bila dusun Ketapanrame menjadi Ibukota Kecamatan kita ini
Yang menarik lokasi kantor Kecamatan Trawas berada di Ketapan Boro, sebuah nama penanda lingkungan yg menunjukkan posisi di pinggiran, berbatasan dengan desa lainnya.
Penanda lingkungan yg umum itu menggunakan nama RT/RW, mungkin baru kali pertama ini saya mendengar penamaan lingkungan di dalam dusun yang di dasarkan pada topografi wilayahnya.
Jika ada Boro, maka pasti ada Krajan (pusatnya) ini menunjukkan penamaan dari para leluhur dahulu, lokasi Krajan ini berada di Ketapan Wetan. Konon kabarnya merupakan tempat tinggalnya Mbah Tambakboyo yang Babah alas dusun. Di Ketapan Wetan ini juga terdapat makam Mbah Tambakboyo menjadi satu dengan pemakaman umum.
Sebuah tradisi yg berlangsung sampai sekarang masih berlaku; jika ada warga dusun Ketapanrame (diluar Ketapan Wetan) yang meninggal dunia, seakan sudah di maklumi bila kewajiban orang Ketapan Wetan mengurusi di lokasi pamakaman. Sebenarnya ini masih dalam konteks teori resiprositas hehehe...
Ada lagi penamaan selain boro dan Krajan, yaitu Ketapan Putuk dimana lokasinya tertinggi di dusun ini. Kemudian di sisi timur Ketapan Putuk di sebut Ketapan Ledog yg posisinya berada di daerah semacam curah atau di sebut ledog'kan. Masing-masing lingkungan ini memiliki karakteristik masing-masing. Kalo orang Krajan ini boleh di bilang kawasan santri/ kauman misal saja orang punya hajat; seperti sdh jadi tradisi tidak lagi ada yg bermain kartu. Hehehe...
Satu lingkungan lagi yg belum di tandai dengan nama, namun masyarakat Ketapanrame menyebut dengan Ketapan Tengah, kantor Balai Desa Ketapanrame masuk wilayah ini. Padahal ada yg menarik di lingkungan Ketapan Tengah ini yaitu adanya benda Cagar budaya yg di lindungi negara (BPCB). Namanya situs Sendenan. Sesuai namanya situs ini berupa batu yg digunakan untuk Sendenan (bhs Indonesianya bersendepel.. hehehe.. keliru ya.. apa hayooo??)
Melihat secara fisik (bukan dari sisi arkeolog lho ya) sepertinya ini dibuat dengan teknologi yg masih sangat sederhana, bukan dari logam tapi dari batu. Jadi mahat batu dengan batu. Hasilnya mungkin agak kasar tapi menurut saya ini hasil kreasi seni bernilai tinggi. Batu Sendenan ini di buat jauh sebelum masa Mbah Tambakboyo. Bisa jadi ini terkait dengan situs2 di era Prabu Airlangga. Salah satu yang paling dekat dengan Ketapan Tengah adalah beberapa situs di gunung bale yg merupakan peninggalan dari pendiri kerajaan Kahuripan ini.
Konon kabarnya Mbah Tambakboyo memanfaatkan batu Sendenan untuk kegiatan diskusi segala permasalahan termasuk mempersiapkan pertempurannya dengan Adipati Kanjuruhan. Pemimpin prajuritnya bernama Gemplang Serang. (Makamnya juga di area pemakaman umum dusun Ketapanrame).
Ada satu pertanyaan yg sampai sekarang belum terjawab. Kenapa makam Mbah Tambakboyo ini panjangnya hanya 120 cm? Ini terbilang pendek, tidak umum dengan ukuran manusia spesies jawa. Ada yg bilang Mbah Tambakboyo ini orangnya pendek.
Menurut saya ini kontra dengan sosok Mbah Tambakboyo yg merupakan utusan kesultanan Mataram yang di tugaskan untuk memberantas Adipati Kanjuruhan yang mbalelo. Artinya Mbah Tambakboyo ini adalah seorang prajurit tentu beliau ini memiliki postur tubuh dan fisik selayaknya Prajurit perang yg gagah dan tinggi. Saya menduga saat wafat beliau ini dalam kondisi bersujud sehingga di makamkan dalam posisi sujud itu. Ini hanya dugaan saya saja. Semoga saja memang seperti itu (maaf intuitif yg berjalan hehehe..).
Bukannya menduga baik itu hukumnya juga baik ya.. Termasuk adanya keragaman lingkungan dalam satu dusun Ketapanrame merupakan harmoni yang indah dalam kehidupan sosial, budaya dan peradaban sebagaimana diapresiasikan dalam Karnaval HUT RI ke 72 kemarin. Luar biasa, pesertanya mencapai 1200 orang dari berbagai lingkungan Ketapanrame dan dusun lainnya di desa Ketapanrame.
Berbeda-beda tetap satu jua!!! Indahnya..
By. Iwan Abdillah (Camat Trawas)
By. Iwan Abdillah (Camat Trawas)
0 komentar:
Posting Komentar